Belajar dari anak? Mengapa tidak

Erik Widiarmoko
4 min readOct 27, 2021

--

Di mana ada masalah , pasti ada solusi yang tersedia. Mudah dan rumitnya suatu masalah hanya refleksi subjektif dari si empunya, belajar dari teori gua Plato

“Bagi mereka kebenaran secara harafiah bukan apa-apa selain bayangan dari citra.

Plato.

Sebuah konsensus bahwa anak adalah satu komponen masyarakat yang memiliki peranan penting penerima estafet suatu peradaban. Dengan membawa imajinasi murni di pikirannya, anatomi berpikir mereka merupakan satu hal unik untuk diimplementasi ke diri orang dewasa, ini maksudnya harus bersikap kekanak-kanakan gitu? Hi kan saya bicara pemikiran bukan sikap. OK kita lanjut.

Seperti ketika anak merengek meminta uang jajan. Ia secara sadar hanya meminta jajan sesuai yang ia butuhkan bukan keinginan. Berbeda dari orang dewasa yang telah treganggu oleh keinginan yang subjektif.

Apa yang dipelajari anak di 7 tahun awal kehidupan terbawa ke sampai dewasa. Bahkan termasuk hal-hal Traumatis selama hidupnya

Dari semua ekspresi perhatian kita tentang kehidupan anak-anak, kita masih sering gagal menerima fakta bahwa mereka memiliki kehidupan spiritual tidak banyak berbeda dari dewasa kita. Dan bahwa mereka sangat menderita dan sedalam seperti dewasa kita.

- Mari Garcia -

Kewaspadaan intuitif dan sensitifitas dari anak-anak yang masih murni, menjadikan secara naluriah menggunakan First principles reasoning atau berpikir dalam prinsip pertama, dibanding menggunakan analogi berupa konsensus umum karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman hidup mereka.

Sama seperti dewasa kita, mereka ingin memahami apa yang terjadi di dunia. Untuk melakukannya, mereka secara intuitif menerobos kabut dengan permainan yang beberapa orang tua benci.

“Mengapa?”

“Mengapa?”

“Mengapa?”

Berikut adalah contoh yang sering terjadi di rumah saya :

“Saatnya menyikat gigi dan bersiap-siap untuk tidur”.

“Mengapa?”

“Karena kita perlu menjaga tubuh kita, dan itu berarti kita perlu tidur.” “Mengapa kita butuh tidur?” Karena kita akan mati jika kita tidak pernah tidur. “Mengapa hal itu membuat kita mati?” “Saya tidak tahu; mari kita pergi mencarinya. “

Anak-anak hanya mencoba memahami mengapa orang dewasa mengatakan sesuatu atau mengapa mereka ingin mereka melakukan sesuatu. Pertama kali anak Anda memainkan game ini, itu lucu, tetapi bagi sebagian besar guru dan orang tua, itu akhirnya menjadi menjengkelkan. Kemudian jawabannya menjadi apa yang ibu saya katakan kepada saya: “Karena saya berkata begitu!” (Aku cinta kamu, ibu.)

Ibarat chef = anak dan tukang masak = orang dewasa, dalam first principle mwmbutuhkan pendekatan yang paling mendasar dalam melihat suatu masalah, maksudnya tidak ada asumsi-asumsi yang mencampuri pertimbangan. Semua tahu orang dewasa terlalu banyak yang dipikirkan sehingga Sebagian besar kurang jernih dalam memandang suatu masalah, namun dalam tiap diri manusia ada perasaan pembawaan anak-anak yang dibedakan menjadi kognisi Feeling Introvert dan Feeling Ekstrovert yang akan dibahas pada artikel lain.

Anak secara impulsif dan energik akan mengejar apa yang mereka lihat di depan benak mereka, bersemangat dan terkadang nekat tentang mengejar apa yang mereka inginkan.

Energy follows thought; we move toward, but not beyond, what we can imagine.”

Dan Millman

Dalam kondisi tertentu, mereka memiliki kesadaran intuitif pada sensitif dan masalah serius seperti kemiskinan dan kesulitan .

Seorang anak bisa

mengingat masa lalunya dengan jernih, tentulah karena didikan orangtua yang sukar dilupakan.

First principles reasoning

Banyak dari apa yang kami yakini didasarkan pada beberapa figur otoritas yang memberi tahu kami bahwa sesuatu itu benar. Sebagai anak-anak, kita belajar untuk berhenti bertanya ketika kita diberi tahu “Karena aku berkata begitu.” (Lebih lanjut tentang ini nanti.) Sebagai orang dewasa, kita belajar untuk berhenti bertanya ketika orang berkata “Karena begitulah cara kerjanya.” Pesan tersiratnya adalah “terkutuklah pengertian — diam dan berhenti menggangguku”. Itu tidak disengaja atau bersifat pribadi. Oke, terkadang itu pribadi, tetapi seringkali, tidak. Jika Anda langsung menolak dogma, Anda sering menjadi masalah: seorang siswa yang selalu mengganggu guru. Seorang anak yang selalu bertanya dan tidak pernah mengizinkan Anda memasak makan malam dengan tenang. Seorang karyawan yang selalu memperlambat segalanya dengan bertanya mengapa.

Menerapkan Prinsip Pertama dalam Kehidupan Sehari-hari Sebagian besar dari kita tidak memiliki masalah dalam memikirkan apa yang ingin kita capai dalam hidup, setidaknya saat kita masih muda. Kami penuh dengan impian besar, ide besar, dan energi tak terbatas. Masalahnya adalah kita membiarkan orang lain memberi tahu kita apa yang mungkin, tidak hanya dalam hal impian kita tetapi juga bagaimana kita mengejarnya. Dan ketika kita membiarkan orang lain memberi tahu kita apa yang mungkin atau cara terbaik untuk melakukan sesuatu, kita mengalihkan pemikiran kita kepada orang lain. Kekuatan sebenarnya dari pemikiran prinsip-pertama bergerak menjauh dari peningkatan bertahap menuju kemungkinan. Membiarkan orang lain berpikir untuk kita berarti kita menggunakan analogi, konvensi, dan kemungkinan mereka. Artinya kita telah mewarisi dunia yang sesuai dengan apa yang mereka pikirkan. Ini adalah pemikiran inkremental.

Tantangan kini dan masa depan

Sebagai orang tua tentu akan dihadapkan dengan tipe karakter anak yang berbeda, nakal atau penurut adalah salah satu dinamika yang terjadi kelak, sebuah negasi dari bagaimana kita sebagai orang tua salah satunya mengantarkan kita menuju percabangan pilihan yang akan kita terapkan kepada mereka, seperti :

tesis : setiap memukul anak, melanggar ham.
antitesis :tapi memukul tanpa emosi, tanpa bekas, tidak melanggar ham.
sintesis : tidak semua jenis memukul, yang melanggar ham.

Salah satu dialektika dari Hegel yang akan membubuhi sebuah ‘proses’ parenting yang merupakan factor terpenting dalam pembangunan peradaban yang bermoral dan berdaya. Karena keluarga merupakan komponen paling dasar dalam pembentukan masyarakat, sedangkan intinya adalah tiap individu itu sendiri.

Menjaga asset dalam hal ini anak-anak untuk tidak dirusak moralnya oleh paparan tayangan yang tidak mengedukasi oleh seonggok barang persegi panjang di pojok ruangan saya sebut TV. Rusaknya sistem birokrasi terutama Pendidikan. Agar asset ini tetap mekar dan menumbuhkan bau semerbak untuk perdaban yang terjaga dari kerusakan,

--

--

Erik Widiarmoko
0 Followers

A writer and designer _ How to solve problems like a designer?